Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi,
kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di
Indonesia, penularan paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa
banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang
terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi setitik urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian
dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke
interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial
dan nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan
karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular
dengan proliferasi sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi
sel-sel hati. Leptospira juga dapat menginvasi otot skletal dan menyebabkan
edema (bengkak), vacuolisasi miofibril, dan nekrosis lokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan
permeabilitas kapiler dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi
sirkulasi. Dalam kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler.
Gangguan paru adalah mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar and
vaskular interstisial yang mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat
menginvasi cairan humor (humor aqueus) mata yang dapat menetap dalam beberapa
bulan, seringkali mengakibatkan uveitus kronis dan berulang.
Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang
berat tetapi lebih sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh
ini, respon imun siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat
memicu reaksi gejala inflamasi yang dapat mengakibatkan secondary
end-organ injury.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke
pasien. Masa inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di
aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan
gangguan khususnya hati dan ginjal.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air,
sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti
tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada
musim kemarau karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan.
Sedangkan untuk penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang yang
senantiasa kontak dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat
terjadi melalui air susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia
penderita leptospira meski kejadian ini jarang ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar